Evolusi Fase Belajar: Menyelami Perbedaan Signifikan Fase E dan F dalam Kurikulum Terbaru

Fase Belajar dalam Kurikulum Merdeka menandai pergeseran paradigma pendidikan di Indonesia. Sistem fase ini menggantikan pembagian kelas kaku, berfokus pada capaian pembelajaran yang harus dicapai peserta didik dalam rentang waktu tertentu. Fase E dan F, khususnya di jenjang SMA/SMK, memiliki perbedaan signifikan dalam fokus dan tujuan pengembangan kompetensi.

Fase E umumnya diperuntukkan bagi peserta didik di kelas X (sepuluh) SMA/SMK/sederajat. Fokus utama pada fase ini adalah pengenalan potensi diri, minat, dan bakat akademik maupun non-akademik. Ini adalah tahap eksplorasi, di mana siswa mulai menentukan arah spesifik studi mereka di tingkat berikutnya.

Salah satu penekanan penting pada Fase E adalah mata pelajaran pilihan. Peserta didik didorong untuk memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minat dan rencana karier masa depan. Keputusan ini sangat krusial, karena akan menjadi fondasi bagi pendalaman materi di Fase Belajar selanjutnya. Eksplorasi ini membentuk kesiapan mental dan akademis.

Beranjak ke Fase F, ini mencakup kelas XI dan XII (sebelas dan dua belas) SMA/SMK/sederajat. Setelah tahap eksplorasi di Fase E, fokus beralih ke pendalaman dan spesialisasi. Peserta didik akan belajar lebih intensif pada kelompok mata pelajaran pilihan yang sudah mereka tentukan sebelumnya.

Tujuan utama Fase F adalah mempersiapkan peserta didik secara matang untuk jenjang selanjutnya, baik itu perguruan tinggi maupun dunia kerja. Capaian Pembelajaran (CP) di fase ini menuntut kemampuan analisis, sintesis, dan penalaran tingkat tinggi. Keterampilan ini penting untuk menghadapi tantangan kehidupan nyata.

Perbedaan kunci terletak pada kedalaman materi. Jika Fase E lebih bersifat umum dan eksploratif, Fase F menuntut pemahaman mendalam dan penerapan konsep secara kontekstual. Evaluasi pada Fase F lebih menargetkan kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh.

Secara struktural, Fase E menjadi jembatan transisi dari SMP/sederajat menuju spesialisasi di SMA/SMK. Sementara itu, Fase F berfungsi sebagai puncak penguasaan kompetensi sebelum siswa lulus. Kedua Fase Belajar ini saling melengkapi, memastikan alur pendidikan yang terarah dan berkelanjutan.

Penerapan kedua fase ini sejalan dengan filosofi Kurikulum Merdeka untuk memberikan kemerdekaan pada peserta didik. Mereka didorong menjadi pembelajar yang aktif, mampu mengenali kebutuhan mereka, dan mengambil tanggung jawab atas proses pendidikan. Fleksibilitas ini merupakan inovasi penting dalam Fase Belajar.