Edukasi Merangkul: Kunci Mengikis Prasangka Terhadap Individu Berkebutuhan Khusus

Edukasi merangkul memegang peranan vital sebagai kunci utama dalam mengikis prasangka dan stigma yang masih melekat pada individu berkebutuhan khusus. Pendekatan pendidikan ini mendorong integrasi dan penerimaan, menciptakan lingkungan belajar yang inklusif di mana setiap anak, tanpa memandang latar belakang atau kondisi fisiknya, memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang. Ini bukan sekadar program, melainkan sebuah filosofi yang mentransformasi cara pandang masyarakat terhadap keragaman.

Komisi Nasional Disabilitas (KND) secara konsisten menekankan pentingnya edukasi merangkul dalam membentuk pemahaman dan empati sejak dini. Melalui kelas-kelas reguler yang mengakomodasi siswa dengan dan tanpa disabilitas, anak-anak belajar untuk saling menghargai perbedaan, membangun persahabatan, dan mengurangi stereotip negatif. Pengalaman langsung ini jauh lebih efektif daripada sekadar teori dalam buku. Sebuah studi kasus yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Pendidikan Inklusi pada 12 Januari 2025 di Bandung menunjukkan bahwa siswa yang terpapar lingkungan inklusif sejak usia dini memiliki tingkat penerimaan sosial yang lebih tinggi terhadap teman-teman disabilitas.

Pentingnya edukasi merangkul juga menuntut peran aktif dari institusi pendidikan tinggi. Universitas perlu memperbanyak program studi yang berfokus pada kebutuhan beragam individu berkebutuhan khusus, seperti pendidikan luar biasa, terapi okupasi, dan terapi wicara. Ketersediaan guru dan terapis yang memadai masih menjadi tantangan di banyak daerah. “Ketersediaan tenaga pengajar yang kompeten adalah tulang punggung keberhasilan pendidikan inklusi,” ujar Prof. Dr. Budi Santoso, Rektor Universitas Pendidikan Maju, dalam simposium nasional pendidikan inklusi pada 15 April 2025 di Yogyakarta.

Selain itu, penyediaan aksesibilitas dan akomodasi yang layak di sekolah dan fasilitas umum juga merupakan bagian tak terpisahkan dari edukasi merangkul. Ini mencakup ramp untuk kursi roda, toilet yang ramah disabilitas, hingga materi pembelajaran yang disesuaikan. Kolaborasi erat antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dengan berbagai lembaga terkait sangat diperlukan untuk mendukung universitas dalam memperluas program-program ini. Dengan demikian, individu berkebutuhan khusus akan memiliki lebih banyak peluang untuk meraih kehidupan yang lebih baik dan bermartabat, sejalan dengan prinsip edukasi merangkul yang menjunjung tinggi kesetaraan dan keadilan bagi semua.